Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Melatih Kemandirian (part 2)

Saya sebetulnya ingin membuat target kepada kemandirian anak-anak saya. Tapi karena mereka semua dipondok pesantren jadi saya kesulitan membuat laporan harian. Hari sabtu sampai ahad besok baru kami bisa berkumpul bersama. Karena jatah libur menginap dirumah hanya sebulan sekali setiap awal bulan. Jadi tantangan melatih kemandirian saya kali ini saya khususkan untuk suami saya. Target saya adalah saya bisa membantu suami agar lebih tertata segala aktivitasnya dengan baik. Target: 1. Sholat dhuha setiap hari disela aktivitas kerjanya. 2. Tilawah Qur'an minimal 2 lembar 3. Shaum sunnah setiap hari Senin Kamis 4. Membantu memperbaiki atau mengganti barang-barang rumah tangga yang rusak. Misal lampu depan rumah putus. Sudah beberapa hari masih didiamkan saja tanpa solusi. Semoga tantangan 10 hari ini bisa tercapai dengan baik. Hari ini adalah hari pertamanya, Dhuha dan tilawah telah dikerjakan setelah sholat subuh dimesjid. Shaum pun sudah dimulai kembali hari ini. Saya ingi

Wisudawati IIP Depok Berbagi Bersama Anak Yatim

Wisudawati IIP Depok Berbagi bersama anak yatim Acara Wisuda peserta Matrikulasi Institut Ibu Profesional Depok diselenggarakan pada hari Sabtu, 25 Februari 2017 yang bertempat di Rumah Makan Bu Tjondro jalan Sersan Aning Depok. Acara ini dihadiri oleh 29 peserta yang akan diwisuda, 3 orang fasil, 2 orang pengurus, keluarga dari peserta dan juga dihadiri oleh 22 anak yatim dan 7 orang pendamping dari Yayasan Yatim Daarul Ma'wa. Pada pukul 08.00 panitia sudah menyiapkan segala keperluan pendukung acara, seperti backdrop, sound system, goodie bag untuk peserta dan anak yatim. Tak lupa juga doorprize yang berlimpah dari para donatur acara. Pukul 09.00 tepat acara dibuka oleh MC yaitu mba Fitriana Hatta yang mengajak saya untuk menyapa para hadirin dengan yel-yel khas IIP. Check sound... hu ha! Whats the problem?... no problem! Challenge... cancel, cancel go away! Ibu Profesional... huuuuu yeesss! MC telah membuka acara dengan penuh semangat, lalu memberi waktu singkat kepada

Melatih Kemandirian (part 1)

Di level 2 materi Bunda Sayang kali ini adalah Melatih Kemandirian Anak. Untuk mempermudah saya sebagai ibu yang tinggal jauh dengan anak dan tidak bisa memantau tiap hari bagaimana perkembangan anak karena ketiga anak saya mondok dipesantren adalah menuliskan target yang masih belum tercapai dari masing-masing anak saya. Mulai dari si sulung Daffa, usia 12 tahun: -bangun sholat tahajud ataupun subuh tiap hari tanpa dibangunkan lagi jika sedang libur pulang kerumah. Jika dipesantren hal ini tidak mengalami soal karena si abang pernah bilang, "kalau di pesantren kan berisik ummi. Tapi kalau dirumah sunyi-sunyi aja jadi abang ga dengar apa-apa saat dibangunkan." Hmm alasan yang masuk akal juga sih.. PR buat saya adalah membuat suasana 'agak ramai ' saat mau sholat tahajud atau subuh , biar si sulung bisa dengan mudah dibangunkan. -gadget hour. Karena si abang di pondok tidak diperbolehkan membawa gadget, jadilah sering lupa waktu jika libur dirumah atau saat pe

Full team Zy family

Hari ahad, 19 Februari 2017 Adalah hari yang bahagia untuk keluarga kami. Kami bisa berkumpul dihari libur ini dari pagi hingga menjelang malam lengkap dengan seluruh anggota keluarga. Saya, suami dan ketiga anak kami sangat memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan disela-sela aktivitas dan tempat kami melewati hari yang masing-masing berbeda. Saya dengan kesibukan mengajar dari pagi hingga petang. Suami dengan kesibukan bekerja mencari nafkah dari sehabis sholat subuh hingga setelah sholat isya. Anak sulung kami yang sehari-harinya di pondok pesantren asrama putra. Dan kedua anak putri kami yang sehari-harinya melewati segala kegiatannya di pondok pesantren asrama putri. Kami sangat menanti-nanti waktu pertemuan ini. Karena kami bisa saling bercerita, saling mengungkapkan segala kerinduan kami yang sangat dalam yang selama tak bertemu di masing-masing hati kami. Kami saling tertawa - bercanda. Juga saling mendengarkan hikmah dari setiap yang berbicara. Anak kami yang bungsu

Aliran Rasa sebagai Fasil Bunsay Sumbar

Sebagai fasil, yang diamanahkan mengawal teman-teman di Sumatera Barat bersama mba Ririn, kami pun selalu berusaha menjalin komunikasi dengan baik dengan sesama fasil dan juga peserta kelas Bunsay. Clear and Clarify selalu kami terapkan dalam berkomunikasi. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur sekali mendapatkan partner yang baik dan komunikatif. Sehingga kami berdua tidak mengalami tantangan dalam mengawal kelas. Baik saat diskusi bersama peserta maupun saat mengobrol di jaringan pribadi. Saat saya sedang mengajar, mba Ririn muncul dan menanggapi diskusi lepas harian teman-teman di grup. Saat mba Ririn sibuk beraktivitas dirumah dengan anak-anaknya, saya yang bergantian muncul menanggapi diskusi lepas harian yang peserta ajukan di grup. Bahkan, ketua kelas dan kordinator bulanan pun ikut aktif menanggapi segala pertanyaan di grup. Memang tidak banyak peserta yang aktif di grup Bunda Sayang Sumbar ini. Tapi dari beberapa diskusi dan artikel tantangan 10 hari yang masuk, justru saya

Aliran Rasa Komunikasi Produktif Bunsay IIP

Saya sangat menyadari bahwa selama ini masih banyak yang harus saya perbaiki ketika saya berkomunikasi. Bisa dengan diri saya sendiri, dengan pasangan, maupun dengan anak-anak. Saya merasa termotivasi setelah melewati 10 hari lebih tantangan Komunikasi Produktif yang telah saya praktekkan dalam komunikasi sehari-hari. Yang sering menjadi tantangan yang paling menarik buat saya adalah saat saya berkomunikasi dengan suami ataupun komunikasi dengan anak sulung. Sangat melatih kesabaran, komitmen, dan konsistensi saya. Karena berbicara dengan suami artinya saya harus menghadapi seseorang yang humoris sekaligus serius secara bersamaan. Terkadang jika ada yang tidak saya suka dalam gaya komunikasi suami, saya sering protes. Suami kadang menanggapinya dengan serius kadang juga bercanda. Berbicara dengan si sulung artinya saya sedang berhadapan dengan anak yang cenderung menggunakan logika berpikirnya. Sementara saya, sebagai perempuan lebih banyak menggunakan perasaan saat berkomunikasi. S

Dag Dig Dug Duerr

Setelah kemarin gagal komunikasi dengan resepsionis disalah satu tempat kursus stir mobil. Akhirnya kemarin sore dapat jadwal belajar pagi ini jam 08.00. Walaupun doeloe.. iya dulu banget, kurang lebih 15 tahun yang lalu saat saya baru masuk kerja pernah belajar mobil juga. Tapi karena belum punya mobil sendiri jadi keterampilannya hilang ditelan waktu. Ini hari pertama saya belajar mengendarai mobil. Dag dig dug deerrr kayaknya setelah langsung dikasih kunci. "Ini beneran langsung saya yang bawa mas? Saya baru belajar hari pertama lho, apa nggak ditempat yang agak sepi aja baru saya yang bawa.?" (Dengan agak grogi saya menanyakan hal itu) "Iya, ibu mulai masuk dikursi pengendara." (Jawab tutornya) "Waduh, bismillahirrohmaanirrohiim.." (aku berdoa sambil mulai masuk kedalam mobil latihan). Ternyata eh ternyata, ya nggak langsung jalan juga kali, saya dijelaskan dulu mana posisi pedal kopling, rem dan gas juga lampu sen dan rem tangan dan disuruh men

Memanjangkan nalar daripada emosi

Tantangan kedua belas yang saya tulis adalah disaat saya merasa gagal berkomunikasi secara produktif dengan sang resepsionis salah satu pelayanan kursus yang tidak jelas memberikan informasi mengenai jadwalnya. Dan tidak membolehkan saya untuk menarik kembali uang pendaftarannya. Setelah pulang kerumah saya merenung kembali dan menghela nafas dalam-dalam. Saya menyadari ternyata saya tidak menggunakan kaidah komunikasi produktif yang telah saya baca berkali-kali. Saya tidak menggunakan kaidah 'Clear and Clarify' dengan baik. Dan saya tidak 'memanjangkan nalar daripada emosi' . Ah saya merasa menyesal telah bersikap seperti itu. Karena situasi hormon wanita saat PMS (pra menstruasi) masih sering menjadi alasan yang saya pakai ketika emosi saya lebih besar daripada nalar yang saya gunakan. Atau terkadang saya sering bilang kepada suami, "i need more chocolate" untuk menenangkan emosi saya. Dan suamipun membawakannya setelah pulang bekerja. Sampai saat ini

Ketika pintu rizqi terbuka lagi

Hari ini kami tak henti-hentinya bersyukur. Seorang teman nun jauh disana memberikan sebuah kejutan untuk anak-anak. Dan seorang teman dekat memberikan bantuan modal usaha untuk menjalankan online shop. Disamping itu, suami pun memberi kabar bahwa beliau ditawarkan pekerjaan lagi setelah beberapa bulan tak memiliki penghasilan tetap. Ya Robbi.. nikmatmu begitu bertubi-tubi kurasakan hari ini. Dan komunikasi terakhir yang membuatku dag dig dug adalah, suami menyarankan aku untuk belajar mengendarai mobil agar mobilitasku bisa berjalan lancar tanpa kepanasan, kehujanan, atau terkadang membuatku masuk angin. Ya Fatahu ya Rozaq.. #tantangan harike12 #komunikasiproduktif #kelasbunsayiip #ODOPfor99days # ODOPday19

Buhan hanya tulisan, tapi konsistensi, komitmen dan amalan.

Tantangan komunikasi produktif yang telah melewati hari kesepuluh adalah sejatinya bukan hanya sekedar tulisan ingin berbagi pengalaman. Tapi juga sebuah hal yang mengikat. Mengingatkan terhadap hal yang telah ditulis. Mengamalkannya secara terus-menerus tanpa henti sepanjang hidup. Dan bahkan mengevaluasinya tiap sepuluh hari berjalan. Itu yang akan saya jalankan. Apakah saya telah dapat melaksanakan kaidah-kaidah penting yang telah saya baca dan pelajari dari materi komunikasi produktif? Apakah saya dapat menjalin ikatan hati lewat komunikasi dengan keluarga saat membersamai mereka? Ataukah sesungguhnya saya dapat mewarnai mereka dengan ilmu yang telah saya pelajari atau malah sebaliknya, saya yang terwarnai oleh gaya komunikasi mereka? Ini menjadi tantangan besar bagi saya dalam memperbaiki komunikasi secara produktif. Buhan hanya sebatas tulisan saja. Semoga Tuhan ikut membimbingnya. #ODOPfor99days #ODOPday18 #tantanganharike11 #komunikasiproduktif #kelasbunsayiip

Tantangan Hari Kesepuluh Komunikasi Produktif Bunsay IIP

Gambar
Tantangan terakhir di hari kesepuluh ini saya sangat bahagia sekali. Karena bisa membuat family forum antara saya, suami, dengan anak-anak dan ibu saya. Ibu saya yang tidak pernah mau ikut jika diajak ke pesantren. Akhirnya hari ini mau setelah dibujuk. Alhamdulillah.. Dari rumah, saya dan suami menjemput ibu yang tinggal sendiri di Jakarta Pusat. Setelah itu kami menuju anak-anak kami yang perempuan di asrama Daqu, Tangerang. Yang berhasil dalam tantangan kali ini adalah, komunikasi dengan ibu saya yang akhirnya mau diajak jalan-jalan membersamai cucu-cucunya. Alhamdulillah.. tips dari bu Septi untuk mengajak jalan yang jaraknya sekitar 2 jam saja.  Makan siang bersama. Mendengarkan   beliau bercerita sekitar kegiatan PKK, kami mendengarkannya. Karena ibu saya aktif di PKK dan sampai saat ini masih dipercayai untuk memegang amanah sebagai ketua Pokja 1 di PKK Kelurahan Petojo Utara Jakarta Pusat. Setelah itu meminta ibu untuk menyanyi Mars PKK.. dan ibu senang sekali disuruh berny

Tantangan Hari Kesembilan Komunikasi Produktif Bunsay IIP

Hari Kamis ini saya mengurungkan niat berangkat mengajar dengan naik motor karena cuaca gelap dan hujan. Saya pergi menggunakan taksi. Tantangan komunikasi saya hari ini adalah dialog dengan sopir taksi. "Pak, tolong antarkan saya ke Beji ya, saya tau alamat lengkapnya tapi saya belum pernah kesana. Nanti pakai GPS saja." (Saya membuka obrolan dengan pak sopir taksi saat baru naik kendaraannya). "Oh iya bu." (Katanya sambil menelepon seseorang) Berjalanlah saya diantar pak sopir mencari alamat murid baru saya. Tapi sejak saya naik kendaraan sampai masuk perumahan yang dituju, sopir itu masih menelepon seseorang disana. Duh.. geramnya melihat tingkah si sopir yang berkendara sambil menelepon, agak kurang sopan dan bisa membahayakan penumpang. "Hati-hati pak" (saya mengingatkannya saat mobil yang kami tumpangi hampir saja menyerempet sebuah truk). Sopir itu diam saja. Rasanya kepingin turun saja dari taksi itu, tapi saya mengurungkan niat, semoga baik-

Tantangan Hari Kedelapan Komunikasi Produktif Bunsay IIP

Tantangan hari kedelapan dalam belajar menggunakan kaidah-kaidah komunikasi produktif kali ini ada yang berhasil ada yang gagal. Ternyata tidak semudah yang saya harapkan, walaupun komunikasi antara saya dengan suami setiap hari bisa terjalin kapan saja dan dimana saja. Karena FoE dan FoR yang telah membentuk kepribadian saya dan suami berbeda, gaya komunikasi kami pun berbeda. Sehingga materi komunikasi produktif pun terasa sangat menantang. Hari Rabu kemarin saya ada jadwal mengajar seperti biasa, Cuaca memang cukup gelap karena masuk musim hujan. Ada rasa tanggung jawab yang lebih besar daripada rasa malas yang mengganggu saya untuk tidak jadi berangkat. Tapi itu cuma godaan saja. Saya tetap berangkat. Saya di antar suami kerumah salah satu murid yang baru memulai belajar tahsinnya hari ini. Jadwal hari Rabu memang agak melelahkan karena jarak tempat yang satu dengan yang lainnya cukup jauh. Dari Kalimulya ke Pengasinan lalu ke Cimanggis. Ada perbedaan pendapat untuk melewati