Tantangan Hari Kedua Komunikasi Produktif Bunsay IIP

Hari kedua dalam tantangan 10 hari pada materi Komunikasi Produktif yang diberikan kelas Bunsay IIP.

Sesuai misi saya kemarin, yang ingin mengedepankan 'intensity of eye contact' saat mengantarkan suami kedepan pintu rumah untuk berangkat bekerja di pagi hari, maka saya berusaha terus mendapatkannya. Karena bertatap mata dengan suami hanya bisa dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pagi sebelum beliau berangkat kerja dan malam sepulang kerja. Sepertinya misi pertama ini berhasil. Yeay.. prok prok prok (tepuk tangan sendiri). Ada senyum renyah yang akan terbayang selalu sampai malam. Hehe..

Ini menjadi poin penting buat saya agar ketika kita mengawali hari dengan niat tulus, ikhlas, entah itu untuk bekerja mencari nafkah ataupun melakukan aktivitas diranah domestik. Sangat berhasil mempengaruhi kesuksesan dan kelancaran kita mengelola emosi dari mulai mata melek hingga kita menutup mata untuk beristirahat di malam hari.

Tiba-tiba pada pukul 09.00 dapat pesan dari suami kalau suami belum dapat penumpang. Yah maklumlah, mungkin tanggal tua.. hehe.
Akhirnya sayapun memanfaatkan momen ini, saya pun membalas pesan suami dengan tawaran.
"Daripada ga ada yang diantar, mending antar aku mau mengajar jam 11 ke Pengasinan?" (Sambil kasih emoticon senyum penuh)
Ping.. bunyi pesan masuk.
Akhirnya suami pun menjawab,
"Ya sudah, tunggu."
Merasa gayung bersambut, duuh senangnya hatiku.
Sebelum sampai ditempat tujuan, saya merasakan empati dan menebak, kayaknya suamiku belum makan. Dan, benar saja. Karena belum dapat uang suamiku menunda makan paginya yang biasanya dilakukan diluar rumah saat rehat sejenak diperjalanan.
Kami pun mampir ke sebuah warung makan betawi disekitar Setu Pengasinan.
Nikmatnya, bisa makan jam 10 pagi dengan kondisi perut yang sudah lapar dan berdua dengan suami.

Waktu hampir jam 11.00 kami pun segera menuju rumah teman yang ingin belajar tahsin. Sepanjang perjalanan saya selalu berpikir sejenak jika mau memulai bicara, agar setiap pemilihan kosa kata (diksi) yang terlontar dari mulut saya dapat dipahami oleh suami, dan sepertinya suami pun lebih hati-hati dalam menanggapi pembicaraanku.

Setelah sampai di tujuan, suami menawarkan saya.
"Mau dijemput?"

(Ah, indahnya jika punya suami yang bekerjanya bukan dikantor, waktunya bisa beliau atur sendiri. Mungkin ini hikmahnya)

"Mau donk.." jawabku langsung berharap agar suami tidak berubah pikiran.

"Setelah sholat zuhur ya" (kata suami)

Seperti biasanya. Memang suami saya tahu jadwalku saat berada diranah publik. Kemana saja, berangkat jam berapa, pulang jam berapa, mungkin beliau sudah hafal diluar kepala. Kecuali ada jadwal tambahan diluar itu jika ada yang mengajak mentraktirku makan atau aku ada keperluan lain seperti mengirim barang ke ekspedisi dari penjualan online shop saya atau keperluan lainnya. Kemanapun saya pergi, saya selalu usahakan atas ijin suami. Karena ingin dapat ridho Allah. Karena ridho suami adalah ridho Allah juga.

Sepulang dari mengajar, saya kembali kerumah dan suami berniat untuk melanjutkan pekerjaannya. Alhamdulillah suami mengirim pesan bahwa ada yang order kedaerah Cibinong.
"Syukurlah, semoga pintu rizqimu telah Allah bukakan untuk hari ini dan selanjutnya ya bang"

#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misi Pernikahan atau Misi Keluarga (Part 1) by Ust. Harry Santosa

Materi ke 10 Matrikulasi IIP batch#1

Saudara & Persaudaraan