Tantangan Hari pertama Komunikasi Produktif Bunsay IIP

Bismillahirrahmanirrahim.

Saya mengawali hari dengan do'a, agar setiap hari-hari yang saya lewati berjalan dengan lancar, damai, dan memberi ketenangan hati.

Hari pertama dalam tantangan yang diberikan Institut Ibu Profesional ini juga merupakan hari-hari pertama kami sebagai pasangan hidup untuk senantiasa memperbaiki komunikasi secara produktif setelah mengalami peristiwa pertengkaran kecil dua hari yang lalu.

Pas sekali materinya. Ada kehendak Tuhan yang memudahkan jalan kami menuju perubahan baik. Hampir 13 tahun kami menjalani usia pernikahan ini, ada bumbu-bumbu kecil yang senantiasa mengiringi langkah kami menuju kehidupan yang lebih abadi nanti.

Mendapatkan materi perdana di Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional ini, sangat menampar hati saya sebagai seorang istri yang baru saja menyadari bahwa ternyata komunikasi secara produktif belum kami gunakan dengan baik.
Aah, baru membaca ramuan materinya saja saya sudah 'mbrebes mili'.. dada saya berguncang...

Saat kejadian itu (dua hari yang lalu), saya dan suami sedang dalam perjalanan menjenguk ketiga anak kami (yang pertama laki-laki, kedua dan ketiga perempuan) yang sedang mondok di pesantren dengan letak asrama kurang lebih 13km jarak antara asrama putra dengan asrama putri.

Di asrama putra, kami belum bisa menemui anak pertama kami karena pekan ini belum boleh dijenguk. Kami hanya mengantar sebuah buku komik dan jas seragamnya yang tertinggal dirumah saat liburan semester ganjil.

Setelah dari asrama putra, kami pun berangkat menuju asrama putri tempat putri kedua dan ketiga kami mondok. Dalam perjalanan saya menceritakan kekhawatiran saya terhadap anak laki-laki saya karena tidak bisa bertemu.
Pertengkaranpun terjadi saat suami kesal terhadap kekhawatiran saya yang menurutnya berlebihan. Seketika itu saya terdiam, dengan segala rasa sedih dan kecewa yang telah menjadi kepingan rasa di hati saya yang memaksa air mata ini mengalir perlahan membasahi pipi.

Saya masih tetap terdiam, sambil memikirkan apa yang akan saya katakan lagi kepada suami. Saya berusaha menahan emosi, dan akhirnya tak tertahan lagi ketika perjalanan menuju asrama putri hampir sampai.

Saya meminta suami untuk menghentikan kendaraan. Dan menyelesaikan masalah komunikasi ini. Saya tidak mau terlihat lesu dengan mata bengkak karena telah mengeluarkan air mata yang tetiba semakin deras saat saya bicara. Saya ingin hati kami kembali ke 'zero time' dengan hati yang sudah lapang, dan siap menemui kedua putri kecil kami yang pasti sudah siap mencurahkan segala cerita selama dua pekan tidak bertemu.

Akhirnya kami berhenti sejenak di tempat parkir. Membicarakan apa yang sebenarnya terjadi. Masalah komunikasi. Ya lagi-lagi masalah komunikasi. Hati saya terlalu rapuh untuk mendengar nada suara yang sedikit membentak. Itulah yang menjadi persoalannya.

Setelah kami menyadari apa yang sebenarnya terjadi, kami pun saling berjanji, untuk memperbaiki gaya bicara kami. Saya berjanji tidak boleh khawatir berlebihan terhadap anak. Dan suami berjanji tidak akan membentak saya lagi. Saya meminta suami agar lebih bijaksana lagi dalam memahami perasaan seorang ibu.

Setelah menarik nafas panjang, Bismillah dan Alhamdulillah.. waktu membersamai anak-anakku berjalan dengan lancar. Kembali kerumah dengan membawa rasa bahagia.

Hal menarik hari ini, setelah sholat subuh suami berpamitan untuk bekerja. Setelah saya mencium punggung tangannya, kemudian kening dan pipi saya dicium olehnya, saya menjawab salamnya sambil berdoa agar hari ini lancar, mendapat rizqi yang berkah, senantiasa sehat, dan selalu dilindungi Allah.
Ada 'rasa baru' yang bergetar di dalam dada saya saat merasakan "Intensity of Eye contact" dan ini akan menjadi poin pertama dan penting saat kami memulai hari.

Selang beberapa jam kemudian, suami mengirim pesan lewat whatsapp (family forum kami saat ini). Seperti kemarin, beliau suka memberitahu posisinya, bagaimana kondisinya saat itu, walaupun dalam perjalanan. Karena suami saya baru beberapa hari ini menjadi sopir taxi online.
Saya pun membalasnya dengan kata-kata motivasi singkat dan doa agar suami bisa menjalani harinya dengan lancar.

Perubahan yang saya rasakan di hari pertama "Tantangan 10 Hari" yang diberikan di Institut Ibu Profesional ini, setelah janji-janji yang telah kami perbaharui dalam berkomunikasi.

-Kami akan berusaha menggunakan diksi yang baik (karena tidak bisa mendengarkan intonasi dan bahasa tubuh jika berbicara lewat pesan).

-Mengurangi candaan yang kurang baik yang telah terbentuk dari kondisi FoR (FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll) dan FoE (FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang) kami, dengan kaidah "Choose the right time".

-Dan selalu berusaha empati, agar kami bisa merasa saling dihargai.

Semoga tantangan komunikasi produktif ini bisa saya jalankan dengan baik bersama suami saya. Tidak hanya untuk 10 hari ini saja. Tapi untuk hari-hari berikutnya sampai mati. Aamiin.

#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misi Pernikahan atau Misi Keluarga (Part 1) by Ust. Harry Santosa

Materi ke 10 Matrikulasi IIP batch#1

Saudara & Persaudaraan