Resume kulwapp 6 September 2016

RESUME KULWAP Institut Ibu Profesional (IIP) DEPOK

Tema: “BUNDA CEKATAN”
Narasumber: Ibu Septi Peni Wulandani
Selasa, 6 September 2016  Pukul 20.00 sd. 21.00 Wib.
MATERI:  BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR
(Salah satu materi Bunda Cekatan di Perkuliahan Ibu Profesional)

Sebagai seorang Ibu yang telah melewati proses belajar di bangku sekolah hingga kuliah, belajar bukan hal yang asing bagi kita. Namun setelah melewati sekian tahun belajar, apakah kita sudah paham proses cara belajar kita? Sudahkah kita menemukan passion  saat mempelajari sesuatu yang sangat kita minati?. Nah, untuk bisa mendampingi putra-putri kita belajar, maka sebagai seorang Ibu harus bisa memahami proses belajar kita terlebih dahulu. Jangan pernah malu untuk belajar karena belajar itu tidak mengenal usia dan kita akan terus belajar hingga  menutup mata.

Saat ini kita berada di zaman yang berubah sangat cepat. Dunia berubah dan akan terus berubah. Apakah kita masih menggunakan cara belajar yang sama ? Bagaimana kita menyiapkan cara belajar yang berbeda untuk menghadapi tuntutan dunia yang dinamis ini? Agar bisa mendampingi anak-anak yang hidup di zaman yang berubah cepat, kita harus bisa mengimbanginya dengan meng-upgrade kemampuan kita terus menerus dan bisaupdate terhadap informasi baru yang berkembang setiap saat. Kalau kita tidak memiliki ketertarikan untuk menambah wawasan dan tidak mau mencari tahu, maka kita akan mengalami banyak ketinggalan.

Anak-anak akan lebih percaya kepada orang tuanya kalau kita bisa mendampingi mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang dia hadapi setiap saatnya, baik saat belajar maupun dalam permasalahan sehari-hari. Anak-anak tentu akan banyak bertanya kepada orang tuanya ketika mereka tidak tahu terhadap sesuatu. Bagaimana kalau kita benar-benar tidak tahu? Tidak mengapa. Tetapi kita harus bisa mendampingi dan mengarahkan anak-anak untuk mencari informasi yang benar dan tepat. Dengan mendampingi anak dalam menyelesaikan suatu permasalahan baru bagi anak, maka kita mendapatkan suatu pencerahan juga. Pada akhirnya kita mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat dan anak pun senang ketika ibunya terlibat dan hadir bersama dia dalam proses belajarnya. Jadi kita tidak perlu malu kalau kita memang tidak tahu dan tidak perlu merasa paling tahu. Lebih baik kita tawarkan kepada anak untuk mencari tahu bersama-sama atau arahkan anak mencari tahu lewat para ahli.

"Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya karena mereka hidup di generasinya, bukan pada zaman di mana engkau di didik" (Ali bin Abi Tholib)

Anak-anak kita hidup di zaman yang berbeda dengan kita. Saat ini mereka belajar hal yang berbeda, dengan cara yang berbeda dan semangat yang berbeda pula. Oleh karena itu tugas kita sebagai orang tua mempersiapkan mereka untuk bisa belajar tiga hal penting, yaitu : belajar hal yang berbeda, belajar dengan cara yang berbeda, dan harus punya semangat belajar yang berbeda juga.
DON'T TEACH ME, I LOVE TO LEARN
Kita harus memahami bahwa kewajiban menuntut ilmu bukanlah kewajiban anak-anak sekolah saja tetapi kewajiban bagi setiap manusia. Orang tua pun juga harus terus belajar dan terus meningkatkan kemampuan dirinya setiap saat hingga kita bergelar almarhumah (sudah tiada). Kewajiban ini akan menumbuhkan keinginan kita untuk terus belajar setiap waktu tanpa pernah mengenal kata lelah dan menyerah. Bukankah Allah sudah berjanji kepada kita bahwa : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS Surat Al-Mujadilaah ayat 11).

Ketika kita menyakini bahwa Allah akan menaikkan derajat orang yang berilmu beberapa derajat, maka kita senantiasa semangat untuk belajar terhadap suatu ilmu dan keahlian baru yang kita pelajari. Saat ibu mempelajari suatu ilmu baru, misalnya ilmu pengasuhan anak (parenting) maka kita belajar lebih memahami anak-anak kita, mengajak suami sebagai partner teladan yang baik bagi anak-anak dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah untuk senantiasa bersabar dalam mendidik anak, memohon petunjuk dalam mendidik anak-anak yang sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam mengajari anak-anaknya semakin mencintai Allah, maka kita bisa melanjutkan proses belajar ini menjadi lebih terampil lagi.

Keimanan akan menjadi dasar yang kuat bagi anak-anak kita dalam belajar. Ketika anak-anak mempelajari materi apapun yang bisa menambah keimanannya, maka kita harus mendukung proses belajar mereka. Namun sebaliknya jika dengan mempelajari suatu materi tertentu membuat imannya makin menurun, maka kita harus berhenti sejenak dan intropeksi diri lalu menambahkan cara lain yang dapat meningkatkan keimanan mereka.

Bagaimanapun iman yang kuat ini akan menjadi dasar pijakan yang akan mengiringi proses belajar anak mempelajari materi pelajaran apapun, baik di sekolahnya maupun lingkungan sekitarnya. Ini penting bagi masa depannya. Keimanan ini akan mengarahkan dia untuk belajar materi pelajaran yang sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Jika dia tahu bahwa Allah akan ridho kalau dia belajar ilmu apapun di sekolahnya membuat dia makin rendah hati dalam berbagi ilmu dan makin bertakwa kepada Allah dan berhati-hati dalam melakukan sesuatu karena merasa apapun yang dilakukannya akan senantiasa dicatat sebagai amal kebaikan atau keburukan, maka dapat dikatakan kalau dia belajar sesuatu yang “lebih” dibandingkan orang lain. Artinya dia tahu hakekatnya dia berilmu untuk memberi manfaat untuk orang lain dan kebaikan dirinya di dunia dan akherat. Ini akan mendorong tumbuhnya karakter yang baik dalam diri anak-anak kita.

Setelah kita berhasil membantu menguatkan iman anak kita, maka tugas kita berikutnya adalah belajar memahami proses belajar yang dilakukan anak setiap saatnya. Anak belajar sepanjang waktu dimanapun ia berada. Anak harus memahami bahwa proses yang dia alami setiap harinya dari bangun tidur, sekolah, bermain, berinteraksi dan kembali tidur lagi adalah proses belajar yang tidak ada hentinya. Inilah tugas kita untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu (Intelectual curiosity) setiap harinya.

Ketika anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang dia indra dan pelajari, maka akan muncul secara terbuka imajinasi-imajinasi kreatif dari pikiran anak-anak kita (creative imagination). Imajinasi anak-anak yang tanpa batas ini membuat dia selalu punya keinginan untuk melakukan suatu pengamatan (observation), mencari informasi secara terus-menerus (explore), melakukan suatu proses uji coba (experiment) sehingga dia mendapatkan suatu kesimpulan atas permasalahan baru yang dipelajarinya (hipotesa).

Saat anak menemukan “passion” dalam mempelajari sesuatu, maka anak merasa senang untuk mempelajari hal yang sama setiap harinya. Dia tidak merasa jenuh dan selalu berbinar-binar dalam menjalankannya. Dia memiliki keinginan untuk melakukan uji coba setiap harinya dan memiliki semangat baja untuk tidak mudah menyerah saat mengalami kegagalan. Dia akan merasa bahwa saat dia mengalami kegagalan, justru dari situ dia banyak belajar. Sehingga pada percobaan berikutnya dia mencari cara lain yang lebih efektif sehingga dia berhasil menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya (art discovery and invention). Ketika dia berhasil menemukan sebuah penemuan baru dari percobaan yang dilakukannya berulang kali, maka dia dikatakan sebagai orang yang ahli dalam suatu bidang tertentu dan orang akan menghargai keahlian yang dimilikinya (noble attitude).

Proses anak-anak belajar menyelesaikan suatu permasalahan yang dia dapatkan di sekolah atau di kehidupan sehari-hari, tidak melulu harus mereka cari di dalam buku dan bertanya kepada guru saja. Anak-anak belajar bukan untuk menyelesaikan materi sekolahnya saja, tapi anak-anak tahu bagaimana caranya belajar. Ada atau tidak ada guru, anak menyukai belajar dan berupaya mencari informasi tanpa harus bergantung pada guru saja. Kita kadang memaksakan cara kita belajar kepada anak-anak bukan dengan caranya mereka belajar sendiri. Padahal sebagai seorang pembelajar sejati, anak-anak memiliki cara belajarnya yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Anak-anak sekarang bisa dengan mudah mencari informasi baru melalui internet, bertanya kepada sang ahli, kerja praktek/magang dengan sang ahli dan bergabung bersama komunitas yang memiliki minat yang sama untuk mempelajari sesuatu yang dia minati. Misal : klub pecinta alam, klub sains, klub fotografi, klub komputer, dan lain sebagainya.

Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan anak dalam memproses informasi (perceptual modality), yaitu gaya belajar dengan cara melihat (visual), gaya belajar dengan cara mendengar (auditori), dan gaya belajar dengan cara praktek (kinestetik). Setiap anak sebenarnya memiliki modal untuk mempelajari sesuatu melalui ketiga gaya tersebut, namun biasanya ada salah satu yang lebih menonjol. Dengan mengetahui gaya belajar yang cocok dengan anak kita, maka kita bisa membantu anak menyerap dan mempelajari materi dengan lebih cepat, efektif dan optimal.
Anak juga harus sering dilatih untuk terampil bertanya. Sekolah kadang lebih mengajarkan anak untuk terampil menjawab, padahal terampil bertanya dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri serta dunianya. Keinginan belajar tumbuh dari munculnya berbagai pertanyaan dalam benak anak. Dorong mereka untuk terampil bertanya dengan konsep (5W+1H) : what, who, when, why, where, which one, dan how. Caranya kita bisa meletakkan suatu benda di hadapannya, lalu kita minta anak bertanya tentang benda tersebut. Kita juga bisa bertanya hal-hal yang menarik di sekitar anak. Pancing anak untuk bertanya dan kita harus sabar menjawab sampai anak paham penjelasan kita. Ulangi cara ini setiap harinya sehingga anak menjadi terampil bertanya.

Cara belajar lainnya yang perlu dikembangkan adalah berfikir skeptik. Dewasa ini informasi apapun dapat dengan mudah dicari melalui internet seperti website, Google, facebook dan media sosial lainnya. Sebelum kita mempercayai isi artikel yang kita baca, terlebih dahulu harus dicari dengan cermat sumber artikel tersebut. Apakah sumbernya valid atau Cuma hoax saja. Jika kita senang memposting atau berbagi artikel di facebook, blog dan media sosial lain maka kita harus mengecek kebenaran dari informasi yang kita dapatkan.
Alih-alih memberikan informasi yang benar, malah kita akan ditegur oleh orang lain karena berbagi informasi yang salah dan menyesatkan orang lain. Meski hanya berbagi informasi di dunia maya, kita harus tetap berhati-hati memberikan informasi yang benar, valid, tepat dan bermanfaat saja. Bagaimana SOP penyebaran sebuah informasi yang baik dan benar?
a. Menulis pengalaman sendiri ➡tulis nama kita  sebagai penulis ➡sebarkan
b. Menemukan tulisan orang lain yang sangat baik ➡ cari sumbernya ➡cantumkan sumber ➡ sebar
c. Menemukan tulisan orang lain yang sangat baik ➡ tidak ketemu sumbernya ➡ STOP, tidak perlu disebar      

Jangan pernah mengawali penyebaran informasi secara online dengan kalimat COPAS dari tetangga sebelah, tanpa mencantumkan sumbernya dari mana. Karena habit di online seperti ini biasanya dipicu habit buruk di offline. Kita akan sering memulai pembicaraan diawali dengan “ eh katanya….”, “ Eh denger-denger….”.          

Begitu juga ketika kita mendampingi anak-anak memcari informasi di internet, harus selalu diperhatikan rambu-rambunya agar anak tidak menelan mentah-mentah informasi yang dia baca, arahkan anak mencari sumber informasi di website yang sudah kita percaya sebelumnya, minta anak menyampaikan informasi yang mereka baca agar kita bisa mengecek kebenaran informasi tersebut.

Ketika anak memiliki semangat yang mengebu-gebu untuk mempelajari sesuatu, baik di sekolah maupun di rumah maka sebagai orang tua kita harus bisa menjaga agar semangat belajarnya tidak mudah padam. Tanamkan kepada anak-anak kalau belajar bukan untuk mengejar nilai saja, tetapi anak-anak harus tahu tujuannya dia belajar untuk apa.
Tetapkan target yang jelas dan bisa dicapai anak sehingga ketika anak berhasil mencapai target yang kita tetapkan bersama, anak memiliki kepercayaan diri dan memiliki semangat untuk mencoba target belajar yang lebih kompleks lagi. Anak-anak harus paham sekali dengan materi yang kita berikan sebelum diberikan materi baru. Jangan ajarkan anak untuk sekedar menghapalkan materi saja, tetapi dia harus paham alur materi yang sudah kita berikan. Minta anak untuk menuliskan kembali apa yang dia pahami dan minta anak untuk menjelaskan materi yang dipelajari dengan alat peraga menarik yang dibuat bersama orang tuanya.

Saat anak lemah mempelajari salah satu pelajaran di sekolahnya, seperti matematika maka kita tidak boleh memaksa anak untuk ikut les tambahan matematika dengan gurunya. Jika kita memaksa anak terlalu berlebihan belajar matematika yang menjadi momok baginya, hanya akan membuat dirinya stres. Kita harus bisa meninggikan gunung, bukan hanya meratakan lembah. Jika anak memiliki kelemahan belajar matematika tetapi senang belajar ilmu pengetahuan alam maka kita bisa tingkatkan waktu belajarnya menjadi lebih lama supaya anak bisa mencapai prestasi pada pelajaran yang disukainya.

GOOD is NOT ENOUGH anymore, we must be DIFFERENT

Kalau kita ahli pada suatu bidang tertentu, maka orang lain tidak akan fokus lagi terhadap kekurangan yang kita miliki. Untuk bisa ahli di suatu bidang yang kita minati, kita harus targetkan waktu belajar yang konsisten setiap harinya. Luangkan 2 jam setiap harinya untuk belajar pelajaran yang paling kita sukai, hingga kita bisa menjadi ahli. Jika kita ingin menanamkan kebiasaan yang baik agar menjadi sebuah karakter seperti menulis artikel, maka setiap harinya kita harus meluangkan waktu untuk menulis beberapa paragraf hingga menjadi sebuah tulisan selama 90 hari. Pada hari ke 91 maka, kebiasaan itu akan menetap dan kita akan merasa ada yang kurang jika satu hari saja kita tidak menulis.

Selamat Praktek dan Sukses Selalu,

Salam Ibu Profesional,

/Septi Peni/

TANYA JAWAB:
Novi IIP DEPOK group 1 bertanya:
1. Bagaimana caranya Kita sebagai org tua membantu anak2 Kita menemukan passion dlm hidupnya?.....pada usia berapa mereka mulai mengarah/ mengerucut minatnya pada satu bilang tertentu?....
Bu Septi menjawab:
1. kalau untuk menemukan passion anak mulailah dg tour de talents memperlihatkan kepada anak-anak semua orang yg sukses dan bahagia di muka bumi ini dg perannya. Setelah itu baru anak-anak mencoba satu persatu. Pasti akan ganti-ganti, ijinkan. Setelah usia 14 th ke atas baru anak-anak mengerucut ke 2-3 talents mereka. Silakan lihat bagan di fitrah bakat berikut ini 👇

Novi IIP DEPOK group 1 bertanya:
2.  Oleh  karena Kita sbg orang tua mengalami dunia anak2 yg berbeda dgn dunia anak2 skr yg lebih dinamis, maka  ada kecenderungan walau Kita terbuka utk belajar , berubah, dan semangat namun sy merasakan ada perbedaan sudut pandang org tua dan anak. Anak lebih enjoy, org tua lebih stress krn punya benchmark dgn masa  Lalu. Bagaimana tips/cara spy org tua Bs sama enjoynya belajar spt anak2?....spy Anak dan ortu bisa senarai...seirama....dan satu frekuensi.
Bu Septi menjawab:
2.  Bunda, kalau untuk urusan adaptasi jaman, maka lebih enak kita yg menyesuaikan jamannya anak-anak, dibandingkan anak-anak yg dipaksa menyesuaikan ke jaman kita. Demikian juga pengalamam usia, kita sdh pernah seusia mereka, mereka blm pernah seusia kita. Untuk itu selamilah dunia anak-anak, jadilah sahabat kerennya mereka, yg tidak selalu mendikte, melainkan senang belajar bersama mereka, tumbuh bersama. Nanti kan nikmat sekali.

3.  Silvia IIP grup#2 Assalamualaikum mb vienna.ikut nanya ya..
Assalamualaikum bu septi..sy silvia.ingin bertanya tentang menumbuhkembangkan curiousity.
' apa yang sering kita lakukan ( kebiasaan atau sikap) sebagai ibu yg secara tidak sadar dan tidak langsung mematikan rasa ingin tahu anak? Kadang kita tidak merasa bahwa itu ternyata salah dan membekas di hati anak.'
' kalaupun misalkan hal itu terjadi,apa yg bisa dilakukan utk mengobati luka itu?'
Bu Septi menjawab:
3. wa'alaykumsalam mbak silvia, kuncinya belajar komunikasi produktif mbak. Nanti makin paham, bagaimana cara kita merespon anak agar rasa inginntahunya makin tinggi. Kalau sudah terlanjur, segera minta maaf, dan tidak mengulangnya lagi. Terus perbaiki komunikasi dari hari ke hari
Nia nio - IIP 1 bertanya:

4.  Menjadikan kebiasaan baik menjadi sebuah karakter perlu dilatih setiap hari. Berapa jam per hari nya yang ideal bu? Apakah ada tiering waktu untuk usia tertentu?
Bu Septi menjawab:
4. mbak nia nio, melatihkan kebiasaan baik tidak ada batasan jam mbak, lakukan setiap saat mengalir seiring ritme kehidupan, tidak boleh berhenti saja. Kalau idealnya adalah 90 hari berturut-turut. Ini  pengalaman saya, kebiasaan rapi di rumah mulai dari 4 jam/hari sampai 7 jam/hari, lama-lama sampai menjelang tidur malam, mandi baru ganti baju tidur. Unt anak-anak menyesuaikan.
Vienna bertanya:
5. Bagaimana menghadapi anak yg gampang sekali marah dan gampang terpengaruh hal hal yg tidak baik dari lingkungan sekitar nya sehingga kadangkala kita sebagai orgtua tidak bisa menahan emosi jg.
Bu Septi menjawab:
5. Bunda, anak yg gampang marah dan mudah terpengaruh artinya di dalam rumah dia sering tidak diterima sbg anak baik.   Orangtua sering tidak ridho akan perbuatan anak tsb. Untuk itu mulailah dari ridho, menerima anak tsb, memaafkan dan ajak ngobrol, rangkullah anak dg kasih sayang, setelah itu lupakan kesalahan-kesalahannya. Lihatlah bagan di bawah ini agar lebih jelas 👇

6. Woro iip 2 bertanya:
A. Bagaimana cara menghadapi anak yg mempunyai kecenderungan belajar injury time ?
B. Pada usia berapa rata - rata anak laki2 mempunyai kesadaran belajar sendiri ? Dan Bagaimana cara menumbuhkannya ?
Bu Septi menjawab:
6. bunda woro, mungkin kita samakan persepsi dulu ttg injury time ya

Belajar saat Injury Time.

Jangan pernah menganggap pertandingan telah usai sebelum peluit panjang berbunyi. Slogan itulah yang  harus selalu dipedomani oleh setiap pemain sepak bola mana pun ketika bertanding. Artinya segala kemungkinan masih dapat terjadi sebelum wasit meniup peluit sebagai tanda pertandingan telah usai. Kemenangan yg telah terbayang di depan mata, dapat lenyap gara-gara tak waspada pada menit-menit tambahan di akhir waktu pertandingan.

Untuk itu kita perlu latih tingkat kewaspadaan anak-anak, jangan mudah meremehkan apapun. Dan jangan berhenti sebelum pertandingan usai. Maka perlu kita jelaskan dulu garis finishnya. Kemudian start from the finish line.

Kesadaran belajar mandiri itu tdk berbatas gender, semua akan tumbuh sama, yg membedakan hanya kapan mulsi distimulus dan metode yg dipakai.

Kalau saya dari dulu menggunakan inquiry based learning, untuk mengawali pembelajaran anak2 sejak mereka bisa berbicara. Shg rata-rata usia 9-10 th sdh menjadi pembelajar mandiri✅

7. Bu septi apakabar? Sy Rinrin iip depok #2 ex tangerang😁.
Bagaimana mengelola emosi kita pada keadaan dimana anak2 dg usia yg tdk terlalu jauh dg jumlah 4 orang meminta perhatian kita pada saat bersamaan? Kebetulan semuanya belajar dirumah, sy benar2 harus ekstra sabar. Bagaimana cara komunikasi yg tepat yg bs diterapkan pd semua anak dg usia yg berbeda tsb?
Bu Septi menjawab:
7. halo mb rinrin, oh di depok skrg 😄. Belajar manajemen kelas ya mb rinrin, di ilmu ini kita akan paham bagaimana mengelola kelas heterogen. Ada pemetaan gaya belajar dulu, kmd buat lesson plannya, membuat skenario pengajaran.
Ini saya lakukan sejak enes, ara, elan kecil shg setelah mereka besar, jadilah corat coret saya itu menjadi modal untuk mendirikan school of life lebah putih.
Bagaimana cara komunikasinya? Simple sebenarnya, berdialoglah dg mereka jangan sekedar bersuara. Berdialog itu menggunakan hati, bersuara hanya pakai mulut✅
Lanjutke pertanyaan terakhir di kulwap inii, krn   keterbatasan waktu.                                           
8. Bagaimana mengajak Anak mencintai alquran menghafal , baca Dan tadabur , walau ssdh dgn crita , dan target seminim mugkin. Krn godaan untuk berselancar dgn hp lbih menarik.
Bu Septi menjawab:
8⃣ Bunda, secara fitrah anak-anak itu cinta akan Rabbnya. Sehingga tumbuhkanlah kembali kecintaannnya pada sang Maha Pencipta. Kalau sudah cinta anak-anak ini tidak perlu disuruh pasti akan senantiasa membaca surat cintanya. Jadi jangan buru-buru ditarget hafalan sebelum kita menumbuhkan kembali rasa cintanya.

SELESAI.
SEMOGA BERMANFAAT.
SAMPAI JUMPA DI KULWAP BERIKUTNYA......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misi Pernikahan atau Misi Keluarga (Part 1) by Ust. Harry Santosa

Materi ke 10 Matrikulasi IIP batch#1

Saudara & Persaudaraan